Selasa, 26 Februari 2019


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I





DISUSUN OLEH:
ARNIA HAIZA ANNISA
(A1C117049)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



PERCOBAAN – 2

I.                   JUDUL                            : Kalibrasi termometer dan penentuan titik leleh
II.                HARI,TANGGAL           : Kamis, 28 februari 2019
III.             TUJUAN                          : Adapun tujuan dar praktikum ini :
1.      Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penentuan titik leleh senyawa murni.
2.      Dapat melakukan kalibrasi termometer sebelum digunakan untuk penentuan titik leleh suatu senyawa murni
3.      Dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni.
4.      Dapat melakukan penentuan titik leleh suatu senyawa murni yang diberikan sebagai sampel.

IV.             LANDASAN TEORI

Suatu zat padat jika di panaskan akan meleleh karena di suhu tertentu ikatan antar molekul itu akan lepas. Untuk mengukur suhu dimana zat itu meleleh diperlukan titik leleh. Titik leleh sendiri adalah suhu dimana zat padat berubah menjadi cair. Kata lain menyebutkan titik leleh merupakan suhu ketika fasa padat dan cair berada dalam kesetimbangan yang sama pada tekanan 1 atmosfer. Titik leleh ini sendiri di pengaruhi oleh berat molekul zat dan bentuk simetris dari molekul itu sendiri. Perubahan tekanan dan pengaruh ikatan tidak begitu berpengaruh terhadap titik leleh suatu zat. Pada senyawa organik titik lelehnya cukup mudah untuk diamati karena titik suhu dimana senyawa tersebut habis semua karena meleleh disitu pula lah titik leleh itu tercapai (sudarmo,2011).
Suatu benda atau zat dengan kemampuan dalam memindahkan panas atau kalor yang tinggi pasti memiliki laju penurunan suhu yang lebih lambat dibandingkan dengan benda yang memiliki kemampuan memindahkan panas yang rendah. Tetapi ketika benda tersebut diletakkan di ruangan yang suhu nya rendah maka dia akan cenderung beradaptasi dengan cara menyamai suhu dengan suhu ruangan tersebut dan jika dibiarkan maka suhunya akan sama, dengan begitu keduanya dikatakan berada dalam keadaan setimbang ( idawati, 2016, Vol. 7, No.1 ).
Titik leleh dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi senyawa Kristal dan untuk mengetahui kemurnian suatu zat. Hal ini sering digunakan oleh kimiawan organik. Senyawa organik khususnya yang berbentuk kristal cenderung mudah di tetapkan ini karena senyawa organic yang berbentuk kristal memiliki titik leleh cukup rendah ( imam, dkk, 2013, Vol. 1).
Titik leleh ini sendiri bisa di bedakan titik leleh senyawa murni dan titik leleh senyawa tidak murni. Titik leleh senyawa murni ini sendiri adalah titik suhu dimana fasa yang berbeda berada dalam satu kesetimbangan yang sama dan tekanan 1 atmosfer. Dalam proses pelelehan ini diperlukan kalor atau panas untuk merubah bentuk zat padat yang masih kristal menjadi cair semuanya. Waktu dan perubahan suhu diperlukan pada proses pelelehan dalam keadaan reversible. Adanya zat asing didalam kisi suatu zat dapat mengganggu struktur kristal zat secara keseluruhan dan akan memperoleh ikatan-ikatan didalamnya. Hal seperti inilah yang menyebabkan titik leleh senyawa menjadi tidak murni dan akan lebih rendah dari titik leleh senyawa murni. Pada titik leleh senyawa murni semakin murni senyawa nya maka range suhu lelehnya makin sempit dan tidak lebih dari pada 1 derajat. Berbeda dengan titik leleh senyawa tidak murni semakin tidak murni senyawanya maka titik lelehnya akan lebih rendah dari titik leleh murni dan range lelehnya akan semakin lebar. Titik leleh dapat di ukur atau di tentukan menggunakan peralatan yang didasari oleh besarnya titik leleh atau interval leleh suatu zat padat. Alat Thiele dan melting-block adalah alat penentu titik leleh yang paling sering digunakan di laboratorium. Selain itu ada juga alat Thomas-Hoover (25-300oC) menggunakan silicon oli, ada alat Fisher-Johns (25-300oC) menggunakan heating-block (elektrik) dan kaca objek untuk menyimpan zatnya. Supaya pengukurannya akurat hendaklah di lakukan kalibrasi terlebih dahulu pada termometer yang akan di gunakan. Pengkalibrasian ini bertujuan untuk menguji kinerja termometer tersebut masih bisa digunakan atau tidak (Tim Kimia Organik I, 2016).
Titik leleh suatu zat dapat dipengaruhi oleh kemurnian dari zat itu sendiri, semakin kecil selisih suhu menunjukkan kemurnian zat tersebut tinggi dan begitupun semakin besar selisih suhunya menunjukkan kemurnian zat tersebut rendah. Selain itu ada banyak faktor yang dapat mempercepat ataupun memperlambat perubahan wujud zat dari fasa padat menuju cair.
Termometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu zat baik zat padat, cair ataupun gas. Suhu itu sendiri bisa suhu panas ataupun suhu dingin. Ketepatan angka yang di tunjukkan oleh termometer sangat berpengaruh untuk melakukan pekerjaan yang menggunakan thermometer itu sendiri misalnya praktikum di laboratorium. Jika salah atau angka yang di tunjukkan tidak tepat maka akan berpengaruh terhadap hasil dari praktikum tersebut. Untuk itu sebelum menggunakan termometer dianjurkan untuk mengkalibrasi termometernya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memastikan bahwa thermometer itu layak untuk di gunakan dan tidak memiliki kerusakan yang berarti (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/ )

V.                ALAT DAN BAHAN
5.1  ALAT
1.      Labu erlenmeyer  250 ml
2.      Termometer
3.      Pemanas
4.      Pipa gelas kapiler
5.      Stick
5.2 BAHAN
1. Es batu
2. Air
3. Gabus
4. Sampel zat murni

VI.             PROSEDUR KERJA
6.1  Kalibrasi termometer
1.   Buat campuran bubuk es dan air dalam labu Erlenmeyer 250 ml sehingga 2/5 bagian volumenya terisi
2.   Masukkan termometer hingga ujungnya menyentuh campuran es + air, disubat mulut labu Erlenmeyer tersebut dengan gabus, sehinga campuran tersebut terisolasi
3.      Dicatat batas bawah skala thermometer
4.      Angkatlah thermometer dan ulangi lagi prosedur a-c tersebut
5.      Rancang kembali alat dengan mengisi 2/5 bagian labu Erlenmeyer dengan aquades
6.  Dimasukkan thermometer hingga tepat 1cm di ats permukaan air, sumbat dan usahakan thermometer berada pada posisi tegak
7.     Lakukan pemanasan dan di catat suhu saat air mulai mendidih dan suhu tidak naik-naik lagi
8.      Ulangi prosedur c-g sekali lagi

6.2  Penentuan titik leleh
1.      Ambil pipa gelas kapiler, lalu bakar ujung sehingga tertutup.
2.      Masukkan sampel zat murni atau campurannya dari ujung lainnya.
3.      Padatkan dengan bantuan stick yang berlobang tengahnya. Tinggi sapel dalam pipa kapiler tidak lebih dari 2mm
4.      Ikat pipa kapiler dengan thermometer menggunakan benang
5.      Masukkan alat ke dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan air atau minyak dengan mengisi 2/3 erlenmeyer dan sumbat dengan gabus mulut erlenmeyernya
6.      Diapanaskan alat ini dan catat suhunya saat tepat zat meleleh
7.      Ulangi prosedur 1-6 sebanyak dua kali untuk setiap sampel yang diberikan
8.      Tentukan titik leleh campuran dua senyawa dengan proporsi 1:1, 1:3, dan 3:1 dengan cara yang sama
9.      Gambarkan titik autentik di kertas milimeter blok

6.3  Demonstrasi titik leleh dengan MPA (melting point apparatus)
1.    Ditempatkan sampel yang akan diketahui titik lelehnya pada pipa gelas kapiler setebal lebih kurang 2 mm.
2.      Ditempatkan pipa kapiler pada alat bagian atas. Terdapat 3 lubang yang diameternya 3mm, lubang tengah untuk pipa kapiler yang berisi sampel dan lubang lain yang diisi dengan pipa kapiler kosong (konstan)
3.   Dihubungkan alat dengan tombol listrik dan on-kan. Variabel suhu dapat diatur dengan tombol agar naik secara kosntan dengan kecepatan tertentu. Pengamatan dapat dilakukan dari lubang kecil disisi depan alat ini. Perhatikan variabel suhu saat zat sudah meleleh.

link video : https://www.youtube.com/watch?v=ggXHDZFsQBc&t=143s 

Pertanyaan :
1. Berdasarkan video di atas bagai mana cara memanasakan penangas air ?
2. Berdasarkan video di atas tindakan seperti apa yg dilakukan agar percobaan ini tidak gagal ?
3. Bagaimana cara mendapatkan titik leleh yang tepat atau akurat ?

Kamis, 21 Februari 2019


JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I




DISUSUN OLEH:
ARNIA HAIZA ANNISA
(A1C117049)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019





PERCOBAAN – 1
I.       Judul                : Analisa kualitatif unsur-unsur zat organik dan penentuan kelas kelarutan
II.    Hari, tanggal    : Sabtu, 23 Februari 2019
III. Tujuan             : Tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Dapat memahami prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia organik.
2.      Dapat memahami tahapan kerja analisa yang di mulai dengan unsur karbon, hydrogen, belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas kelarutaanya.
3.      Dapat mencoba beberapa senyawa unknown untuk dianalisa.

IV. Landasan Teori
Ada dua jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif membahas mengenai identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur (Vogel, 1985).

Analisis unsur senyawa organik dilakukan dengan cara: sejumlah masa tertentu sampel dibakar dan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) yang dihasilkan dijebak dengan obsosben yang tepat dan peningkatan massa ansosben diakibatkan oleh CO2 dan H2O yang diserap. dari nilai ini, jumlah  karbon dan hidrogen dalam sampel dapat ditentukan metode pembakaran sudah dikenal sejak dulu. Metode ini telah di gunakan oleh lavollier dan secara signifikan disempurnakan oleh lelbig. metode modern untuk menentukan jumlah karbon (C) atau karbon dioksida (CO2) dan air adalah dengan kromatografi gas bukan dengan metode penimbangan. Namun, prinsipnya tidak berubah sama sekali (Yoshito, 2010 : 146)

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Analisa zat organik dalam air dapat diten-tukan dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Metode titrasi ini menggunakan kalium permanganat yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Ti-trasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memer-lukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (fakhridani, dkk, 2016).

Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36).

Analisa organik kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi senyawa organic yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya di tentukan oleh banyak faktor yang nerhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
Kerja analisa dalam organik kualitatif terutama akan vencakup bidang-bidang analisa unsur, klarifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifiikasi gugus fungsi dengan cara identifikasi sifat derivatnya.
a.       Analisa unsur
Tahap pertama analisa organik kualitatif adalah menetukan adanya unsure-unsur karbon, hydrogen, oksigen, halogen belerang dan fosfor. Karbon dan hydrogen di tentukan dengan cara memanaskan senyawa dengan tembaga (II) oksida, akan terjadi oksida menghasilkan CO2 yang menunjukkan adanya karbon dan H2O menunjukkan adanya hidrogen. Untuk menentukan adanya nitrogen, halogen dan belerang, di tentukan melalui cara leburan-natrium. Larutan lassaigne berbentuk larutan yang jernih dan selnajutnya dites dengan cara umum untuk:
Nitrogen. tes lassaigne/ prussion blus. Natrium sianida di ubah menjadi natrium feroosianida yang dengan FeCl2 akan menghasilkan endapan biru dari Fe4 (Fe(CN)6)3.
Halogen. Tes halide perak. NaX dengan larutan AgNO3 dalam suasana asam nitrat akan menghasilkan endapan AgX yang berwarna (AgCl putih-abu, AgBr kuning).
Belerang. Larutan NaX, bila mengandung S dalam suasana asam asetat dengan larutan Pb-asetat akan terjadi endapan coklat tua, PbS.

b.      Tes kelarutan

Setiap senyawa organic mempunyai sifat kelarutan yang khas yang meliputi jenis pelarut dan jumlah kelarutannya. Sifat kelarutan akan membantu mempersempit ruang gerak analisis secara kimia maupun spektroskopis. Sistematik klasifikasi kelarutan yang dibuat Kamm dalam bentuk kelas dan jenis pelarutnya ( Tim Kimia Organik I, 2019).

V.    Alat dan Bahan
5.1  Alat
1.      Tabung reaksi besar
2.      Tabung reaksi kecil
3.      Bunsen
4.      Cawan porselin
5.      Tabung pengalir gas
6.      Pipet tetes
7.      Gelas kimia 100 ml

5.2  Bahan
1.      Serbuk CuO kering
2.      Gula
3.      Larutan Ca(OH)2
4.      CCl4
5.      CaO
6.      Air suling
7.      HNO3 encer
8.      AgNO3 encer
9.      Biji loga Na
10.   Cuplikan yang mengandung halogen, S, dan N
11.  Asam asetat
12.  Kertas saring
13.  Pb-asetat 10%
14.  Larutan Na-nitroprosida
15.  Larutan FeSO4
16.  Larutan FeCl3
17.  Larutan KF 10%
18.  NaOH 10%
19.  Asam sulfat encer 20-25%
20.  NaOH 5%
21.  Larutan NaHCO3 5%
22.  HCl 5%
23.  H2SO4 pekat

VI. Prosedur Kerja

6.1 Analisa unsur
     6.1.1 Karbon dan Hidrogen
1.    ditempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering dalam cawan porselin
2.    dikeringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen
3.    dicampurkan sejumlah gulah (lebih kurang 1/10 jumlah)
4.    dipindahkan kedalam tabung reaksi pirex dengan dilengkapi sumbat dan pipa pengalir gas
5.    disusun tabung pengalir gas sehingga gas yang mengalir bisa masuk kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2  
6.    dipanaskan campuran diamati hasilnya
7.    diperhatikan air yang mengembun ditabung reaksi bagian atas­

6.1.2 Halogen

6.1.2.1 Tes Beilstein
1.    dipanaskan kawat tembaga sampai kemerah-merahan dan tak memberikan nyala lain
2.    didinginkan
3.    ditetesi kawat tersebut dengan 2 tetes CCl4
4.    dipijarkan kembali lalu diamati warna nyala yang ditunjukka oleh uap Cu-Halida yang terbentuk Cu-Halida yang terbentuk

6.1.2.2 Tes CaO
1.    dipanaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu tinggi dalam tabung reaksi besar
2.    ditambahkan 2 tets CCl4 ketika masih panas
3.    didihkan dengan 5-10 air suling setelah dingin
4.    dituangkan kedalam gelas kimia 100 ml dan larutan dalam HNO3 encer (1 Volt HNO3 pekat dalam 1 Volt air suling)
5.    disaring dengan kertas saring biasa kalau lallrutan jernih tak didapat
6.    ditambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer 5-10%
7.    diamati  apa yang terjadi

6.1.3 Metode Leburan dengan Natrium
1.    ditempatkan tabung reaksi kecil (50x8mm) dalam lubang kecil pada keping aasbes sebagai pemegang
2.    dimasukkan sebiji logam Na (lebih kurang sebesar biji kacang hijau)
3.    dipanaskan hati-hati sampai meleleh dan diuapkan Na bagian bawah tabung
4.    dihentikan nyala api untuk sementara, lalu ditambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halogen, S dan N secepatnya.
5.    Dimasukkan sedikit butiran saja jika zatnya padat dan dimasukkan beberapa tetes jika cair (reaksi eksoterm akan terjadi dengan spontan)
6.    Dipijarkan kembali tabung sampaimembara (usahakan zat didalam tabung jangan sampai terbakar)
7.    Dimasukkan tabung kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi sekitar 15 ml air suling ketika tabung masih membara, tabung akan segera pecah dan sisa sedikit Na akan bereaksi dengan air
8.    Dihancurkan bagian sisa  tabung dalam gelas kimia tadi bila reaksi sudah kembali tenang, lalu didihkan diatas api
9.    Disaring dengan kertas saring biasa  lalu gunakan larutan ini (larutan Lassaigne) untuk keperluan tes-tes berikutnya

a.       Belerang
1.    Diasamkan 3 ml larutan dengan asam asetat
2.    Didihkan dan diperiksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basa yang sudah ditetes Pb-Asetat 10%
3.    Diamati yang terjadi
4.    Ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-Nitroprosida pada bagian larutan lainnya
5.    Diamati warna larutan yang terjadi

b.    Nitrogen
1.    Ditambahkan 5 tets larutan FeSO4 yang masih baru kedalam 3 ml larutan L dan 1 tets larutan FeCl3 serta 5 tets larutan KF 10%
2.    Ditambahkan lebih kurang 1-2 ml larutan NaOH sampai bersifat basa, lalu didihkan (hati-hati terjadi bumping)
3.    Didinginkan dan diasamkan dengan asam sulfat encer (20-25%) jika belerang tidak ada. Endapan biru berlin menandakan adanya N dan mungkin baru muncul setelah beberapa saat didiamkan.
4.    Bila belerang ada ditambahkan larutan L, 5 ml tetes FeSO4 masih baru, lalu 1-2 ml larutan NaOH sampai basa.
5.    Dipanaskan sampai mendidih (hati-hati bumping)
6.    Disaring endapan FeS
7.    Diasamkan dengan larutan H2SO4 encer 10-20% ditambahkan 5 tets larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan biru berlin

c.       Halogen
1.    Diasamkan 3 ml larutan L dengan larutan HNO3 encer (1 Vol HNO3 pekat dalam 1 vol air)
2.    Didihkan hati-hati 5-10 menit jika N dan S ada untuk menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin terbentuk
3.    Ditambahkan 5 ml AgNO encer 5-10% dan lanjutkan pendidihan dengan beberapa menit. Endapan yang banyk menandakan adanya halogen, bila sedikit mungkin hanya pengotor dalam pereaksi

6.2               Penentuan Kelas Kelarutan
1.    Ditentukan kelas kelarutan dari 5 senyawa yang ditunjukkan oleh dosen atau asisten
2.    Dicatat nama senyawa, struktur (cari dalam handbook), unsru yang dikandungnya dan bau serrta warnanya

6.2.1         Kelarutan dalam air
1.    dimasukkan lebih kurang 0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair kedalam tabung reaksi besar
2.    ditambahkan 3 ml air suling
3.    dikocok kuat-kuat (larutan jernih berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti tak larut dalam air (-)) bila hasilnya (+) selanjutnya dilakukan tes dalam eter, bila(-) lanjutkan tes kelarutan dengan pelarut lainnya

6.2.2        Kelarutan dalam eter
1.    ditambahkan 3 ml pelarut eter bila jernih artinya (+) larut dalam eter atau sebaliknya

6.2.3        Kelarutan dalam NaOH 5%
1.    Ditambahkan 3 ml larutan NaOH 5%. Larutan jernih berarti (+), biasanya disertai perubaha warna dan bila larutan keruh berarti (-)
2.    Jika terjadi keraguan, campuran disaring dan filtratnya dinetralkan dengan asam HCl encer. Jika keruh artinya tesnya (+),bila (+) lanjutkan dengan NaHCO3

           6.2.4         Kelarutan dalam NaHCO3
1.      Ditambahkan 3 ml larutan NaHCO3 5% sama seperti diatas. Bila timbul gas CO2 berarti hasilnya (+) dan sebaliknya (-)
6.2.5         Kelarutan dalam HCl
1.    Ditan bahkan 5 ml larutan HCl 5% sama seperti diatas
2.    Dikocok dan diamati. Larutan jernih bila hasilnya (+)
3.    Disaring campuran bila keruh dan meragukan
4.    Dinetralkan filtrat dengan larutan NaOH encer. Bila larutan jadi keruh berarti hasilnya (+)
           6.2.6         kelarutan dalam H3PO4 pekat
1.    ditambahkan 3 ml H2SO4 PEKAT
2.    dikocok dengan hati-hati. Bila jernih atau timbul panas atau perubahan warna, berarti (+)
6.2.7        kelarutan dala H3PO4 pekat
            1.         ditambahkan asam sulfat pekat seperti diatas. Jernih artinya 9+)
            2.         dibuat tabel atau diagram hasil pengamatan kelarutan dan diambil kesimpulannya.

Link Video : https://www.youtube.com/watch?v=lGcr_cUmzbY&t=167s

Berdasarkan video di atas ada beberapa pertanyaan :
1.      Pada uji perak nitrat untuk mendeteksi halogen (bromine) di gunakan larutan perak       nitrat dan larutan lasseigne. Apa yang terjadi ketika kedua larutan itu bereaksi?
2.   Berdasarkan video di atas ada beberapa senyawa organic yang mengandung klor, brom dan yodium. Senyawa ini biasa disebut senyawa organogen. Apa saja contoh senyawa organogen yang biasa di ketahui ?
3. Berdasarkan video Pada uji karbon disulfida apa yang menunjukkan brom adalah senyawa organik ?

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I  PERCOBAAN IX (Pengubahan Asam maleat menjadi Asam Fumarat ) DISUSUN OLEH: ARNIA HAIZ...