LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN VIII
(Kromatografi Lapis Tipis dan kolom)
DISUSUN OLEH:
ARNIA HAIZA ANNISA
(A1C117049)
DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VII. Data Pengamatan
7.1
Kromatografi Lapis Tipis
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Disiapkan
plat TLC
|
|
Sampel yang
akan diuji diekstraki dengan metanol:
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
Hasil dari
ekstraksi sampel dengan metanol yaitu:
a.
Larutan berwarna merah keunguan
b.
Larutan berwarna hijau
c.
Larutan berwarna kuning
d.
Larutan berwarna merah pudar
e.
Larutan berwarna merah jernih
f.
Larutan berwarna oren
g.
Larutan berwarna oren
h.
Larutan berwarna coklat pudar
i.
Larutan berwarna oren pudar
j.
Larutan berwarna merah
|
Sampel yang
telah diekstraksi ditotolkan ke plat TLC kemudian plat dimasukkan kedalam
chamber yang berisi eluen (n-heksana : etil asetat = 2 ml : 1 ml). Diukur
noda yang bergerak
a.
Buah naga
b.
Bayam
c.
Nanas
d.
Kembang kertas
e.
Semangka
f.
Wortel
g.
Pepaya
h.
Kentang
i.
Tomat
j.
Kembang sepatu
|
a.
Noda bergerak dengan jarak noda 3,9 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
b.
Jarak noda 0,3 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
c.
Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
d.
Jarak noda 2,5 cm dan jarak pelarut 4,8 cm
e.
Jarak noda 3,7 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
f.
Jarak noda 3,9 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
g.
Jarak noda 3,8 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
h.
Jarak noda 0 cm dan jarak pelarut 4,5 cm
i.
Jarak noda 4,1 cm dan jarak pelarut 4,7 cm
j.
Jarak noda 4 cm dan jarak pelarut 4,7 cm
|
7.2.
Kromatografi kolom
No.
|
Sampel
|
Banyak botol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buah naga
|
6 botol
|
Bening semua
|
Tidak ada noda ang
bergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4
(bening)
|
Noda tidak ada
yang bergerak tetapi tapi noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis
bawah plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol
|
1 (bening) 2
(kuning keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak
dan tidak bergerak
|
4
|
Bunga kertas
|
5 botol
|
1 ( bening ) 2 (
terdapat seperti minak ) 3 ( agak keruh ) 4 dan 5 ( bening )
|
Noda tidak tampak
dan tidak bergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (
keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak
dan tidak bergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (
kuning cerah ) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampak
berwarna krim pada garis bawah tapi tidak bergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (
kekuningan ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satu tak
terjadi apa2. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3
bergerak naik dengan warna krim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (
kuning keruh ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda tidak tampak
dan tidak bergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (
kemerahan) 3 (bening)
|
Pada noda ketiga
berwarna abu2 dan bergrak naik ke atas
|
10
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan
3( keruh ) 4 ( keruh pudar )
|
Noda tidak tampak
dan tidak bergerak
|
VIII. Pembahasan
Kromatografi
adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan atas distribusi difernsial
komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Sebelum jauh
membahas mengenai kromatografi ada beberapa istilah yang menyangkut
kromatografi antara lain fasa gerak, fasa diam, eluen, elute, elusi dan analit.
Fasa gerak ini adalah zat yang digunakan sebagai pelarut untuk memisahkan
komponen dalam campuran fase gerak ini mengalir didalam kolom. Fase diam adalah
media atau zat padat yang dilalui oleh fasa gerak (pelarut) berupa silica gel,
selulosa atau yang lainnya sesuai dengan jenis kromatografinya. Selanjutnya ada
eluen, eluen adalah campuran pelarut yang dialirkan kedalam alat kromatografi
baik kolom ataupun kertas tergantung jenis kromatografinya, eluen ini adalah
bagian pembawa fasa gerak. Eluat adalah zat yang keluar dari kolom baik analit
maupun solute. Selanjutnya ada elusi, elusi adalah proses pemisahan komponen
dalam kolom. Dan yang terakhir ada analit, analit adalah komponen atau zat yang
keluar dari hasil kromatografi hasil dari pemisahan. Kromatografi ini sendiri
memiliki beberapa jenis diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi
kertas, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas,
semua jenis kromatografi ini menggunakan prinsip dasar yang sama (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
).
Pada
percobaan ini kami akan menggunakan 10 macam sampel, untuk 2 percobaan yaitu
dengan kromatografi lapis tipis (TLC) dan kromatografi kolom. Dimana sampel ini
di gerus dan di ambil ekstraknya kemudian ekstrak tadi di campurkan dengan
sekitar 5 ml metanol. Sampel tersebut antara lain:
A
: Buah Naga
B
: bayam
C
: Nanas
D
: Bunga Kertas
E
: Semangka
F
: Wortel
G
: Pepaya
H
: Kentang
I : Tomat
J
: Bunga Sepatu
8.1
kromatografi lapis tipis (TLC)
Pada
percobaan ini pertama kami menyiapkan 10 macam sampel yang akan digunakan pada
percobaan ini. Kemudian menyiapkan plat TLC nya, disediakan plat berukuran 5 x
3 cm dengan panjangnya 5 cm dan lebar nya 3 cm, setelah itu buat garis 0,5 cm
dari ujung atas dan bawah plat TLC ini. Kemudian buat larutan pengembang pada
gelas piala, dimana larutan pengembangnya yaitu campuran n heksane dengan etil
asetat dengan perbandingan 2:1. Setelah itu larutan pengembang dipindahkan
kedalam bejana pengembang. Kemudian sampel yang sudah disiapkan tadi ditotolkan
di atas plat TLC yang sudah disiapkan, dimana 1 plat TLC untuk 4 sampel,
penotolan ini dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah ditotol
biarkan sampel sedikit mongering, kemudian masukkan plat TLC tadi ke dalam
bejana pengembang. Diamkan dan biarkan proses ini berlangsung hingga larutan
tadi naik hingga mencapai 1 cm dari tepi atas plat. Kemudian angkat plat dari
dalam bejana, lihat dan amati noda yang bergerak dan tandai dengan menggunakan
pensil yang lunak. Jika noda tidak begitu tampak silahkan sinari dengan
menggunakan sinar UV. Kemudian hitunglah Rf yang didapat dari masing masing
sampel. Untuk setiap sampel dilakukan dengan perlakuan yang sama dengan
perlakuan diatas sehingga didapat hasil untuk plat TLC yang pertama ditotolkan
4 sampel berbeda yaitu sampel A,B,C,D. Dan didapat jarak nya sebagai berikut.
Jarak garis depan pelarut : 4,8 cm. kemudian jarak yang ditempuh sampel A
: 3,9 cm ; B
: 0,3 cm ; C
: 3,8 cm ; D
: 2,5 cm. pada plat kedua
di totolkan sampel yang berbeda juga yaitu sampel E, F, G, H. Jarak garis depan
pelarutnya adalah 4,5 cm dan jarak yang ditempuh setiap sampelnya adalah E :
3,7 cm ; F : 3,9 ; G : 3,8 ; H : 0. Dan pada plat ketiga di totoli sampel I dan
J. Dimana jarak garis depan pelarutnya adalah 4,7 cm dan jarak yang ditempuh
setiap sampelnya adalah I : 4,1 cm dan J : 4 cm.
Dari
jarak yang ditempuh setiap sampel dan jarak garis depan pelarut kita bisa
mendapatkan nilai Rf dari masing masing sampel. Nilai Rf dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Sehingga nilai Rf dari setiap sampel adalah sebagai berikut
:
A
: 0,8125
B
: 0,0625
C
: 0,7917
D
: 0,5208
E
: 0,8222
F
: 0,8667
G
: 0,8444
H
: 0
I : 0,8723
J
: 0, 8510
8.2 Kromatografi kolom
Pertama siapkan terlebih dahulu kolom yang akan digunakan
pada kromatografi ini. Kemudian sumbat kolom menggunakan kapas, setelah itu
teteskan sedikit n heksan ke dalam kolom dan mengenai dinding kolom. Kemudian
di tempat lain dibuat campuran silica gel dan n heksan hingga berbentuk seperti
bubur, kemudian masukkan bubur silica gel tadi ke dalam kolom hingga mencapai
setengah kolom selama memasukkan silica gel tadi kolom sambil diketok
menggunakan jari agar silica gelnya memadat. Kemudian pada cawan petri ambil
sedikit silica gel kira kira satu sudip silica gel kemudian tetesi beberapa
tetes sampel dan diaduk hingga sampel tadi mengering bersama dengan silica
tadi. Kemudian masukkan sampel yang dikeringkakn bersama dengan silica tadi ke
dalam kolom dan ratakan menggunakan lidi atau sudip. Kemudian masukkan pelarut
dan biarkan pelarutnya menetes dan tunggu hingga warna sampel turun, pelarut
ini harus terus menerus ditambahkan. Pelarut yang menetes di tampung dalam
botol kecil. Selanjutnya hasil tetesan ini pada setiap botolnya di tambahkan
dengan 1 tetes methanol dan kemudian di totolkan di atas plat TLC lagi totolan
pertama adalah crude nya dan totolan selanjutnya adalah sesuai botol hasil
tetesan tadi. Pelarut yang digunakan pada setiap sampel berbeda.
Sampel A
Pada sampel
ini digunakan pelarut yaitu campuran n heksane dan etil asetat dengan
perbandingan 8 : 1 ketika menggunakan perbandingan ini sampel tidak turun sama
sekali. Selanjutnya digunakan pelarut dengan perbandingan 16 : 2 sampel hanya
turun sedikit dan terakhir digunakan perbandingan 15 : 5 sampel hanya turun
sedikit juga. Dari sini di dapat larutan yang menetes sebanyak 5 botol dan
semua botol berwarna bening. Selanjutnya sampel pada botol ini setelah di
teteskan methanol di totolkan lagi ke atas plat TLC dan di masukkan lagi ke
dalam bejana pengembang dengan larutan pengembang nya aalah n heksan dan etil
asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan pada TLC dapat dilihat bahwa hanya crude
saja yang bergerak, botol 1 2 3 4 5 tidak ada sampel yang bergerak.
Sampel B
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil
asetat dengan perbandingan 5 : 10 dan di dapat 5 botol hasil tetesan. Pada
botol 1 berwarna bening, botol 2
berwarna hijau, botol 3 berwarna hijau tetapi sudah mulai pudar, dan botol 3
dan 4 warna nya bening dan semua botol ini diteteskan methanol lalu di totolkan
di atas plat TLC dan di rendam dalam larutan pengembang yaitu masih n heksan
dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2. Dan pada TLC tidak ada sampel yang
bergerak tetapi pada batas garis hasil totolan botol 1 2 3 4 5 berwarna kuning
layu.
Sampel C
Pada sampel
ini digunakan pelarut kloroform dan methanol dengan perbandingan 3 : 1 dan di
dapat 3 botol. Pada botol 1 berwarna bening, botol 2 silika gelnya pecah
sehingga warnanya menjadi keruh, dan pada botol 3 hasil tetesan bening kembali.
Ketika di totolkan ke atas plat TLC tidak ada sampel yang bergerak. Larutan
pengembang yang digunakan adalah kloroform dan methanol 2 : 1.
Sampel D
Pada sampel
ini digunakan pelarut kloroform murni tanpa campuran dan di dapat 5 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 benimg tetapi berminyak dan pada
silica gel terdapat warna hijau dan semakin di tetesi pelarut ke kolom warnanya
hilang. Pada botol ke 3 berwarna keruh dan pada botol 4 dan 5 warnanya bening.
Dan ketika di totolin ke atas TLC dengan larutan pengembang methanol 100% hanya
crude saja yang bergerak dan berwarna ungu dan cream.
Sampel E
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan di dapat 3 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 kuning pudar. Pada botol ke 3 warnanya bening. Dan ketika di totolin ke
atas TLC dengan larutan pengembang n heksan dan etil asetat perbandingan 3 : 2
hanya crude saja yang bergerak dan berwarna kuning. mg
Sampel F
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan di dapat 3 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 kuning cerah. Pada botol ke 3 warnanya bening. Dan ketika di totolin ke
atas TLC dengan larutan pengembang n heksan dan etil asetat perbandingan 3 : 2
crude bergerak dan berwarna kuning, pada botol ketiga tidak bergerak tetapi
pada garis ada warna krim.
Sampel G
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dan di dapat 4 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 kuning dan sampel mulai turun. Pada
botol ke 3 dan 4 warnanya bening. Dan ketika di totolin ke atas TLC dengan
larutan pengembang n heksan dan etil asetat perbandingan 3 : 2 crude bergerak
dan berwarna sedikit orange, pada botol kedua tidak bergerak tetapi ada warna
krim pudar pada botol ketiga bergerak dan berwarna krim dan botol ke 4 tidak
bergerak dan ada warna krim pudar.
Sampel H
Pada sampel
ini digunakan pelarut kloroform dan methanol dengan perbandingan 3 : 1 dan di
dapat 4 botol. Pada botol 1 berwarna bening, botol 2 kuning pudar dan botol 3
dan 4 juga berwrana bening. Ketika di totolkan ke atas plat TLC tidak ada
sampel yang bergerak tetapi pada crude ada warna abuabu. Larutan pengembang
yang digunakan adalah kloroform dan methanol 2 : 1.
Sampel I
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 1 dan di dapat 3 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 kemerahan dan pada botol ke 3 warnanya bening. Dan ketika di totolin ke
atas TLC dengan larutan pengembang n heksan dan etil asetat perbandingan 3 : 2
hanya crude saja yang bergerak dan berwarna abuabu
Sampel J
Pada sampel
ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3 : 1 dan di dapat 3 botol
tetesan pada botol 1 warna bening, botol 2 keruh dan pada botol ke 3 warnanya keruh pudar. Dan ketika di totolin
ke atas TLC dengan larutan pengembang n heksan dan etil asetat perbandingan 3 :
2 tidak ada yang bergerak tetapi hanya crude yang berwarna kuning pudar.
IX.
Pertanyaan pasca
1.
apa
yang dilakukan bila noda hasil kromatografi tidak begitu tampak ?
2.
mengapa
silica gel harus memadat pada kolom dalam percobaan kromatografi kolom?
3.
Apa
fungsi dimasukkannya heksana ke dalam kolom pada saat penyiapan alat ?
X.
Kesimpulan
1.
Ada
beberapa jenis teknik kromatografi diantaranya : kromatografi kolom,
kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan lainnya
2.
Pada
kromatografi kolom prosesnya berdasarkan kemampuan adsorbsi dan partisi dimana
komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh permukaan fasa diam. dan juga
komponen sampel secara selektif terpartisi antara eluaen dan lapisan cairan
tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
3.
Pada
kromatografi lapis tipis menggunakan prinsip kerja dengan pemisahan sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut atau eluen yang di
gunakan
XI. Daftar
Pustaka
Alimin,
dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar : Alauddin Press.
Handa, Sukhdev Swami., et al. 2009. Teknologi
Ekstraksi Tanaman Obat Dan Aromatik. Pusat Internasional Untuk Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Tinggi.
Syukri, S.
1999. Kimia Dasar I. Bandung : ITB
Tim
kimia organik I . 2019. Penuntun
Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi
XII. Lampiran
proses kromatografi kolom semangka
proses pemadatan silika gel
proses impreknasi
proses kromatografi kolom ekstrak buah naga
proses TLC
Saya monica (077) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1, yaitu bila noda hasil dari kromatografi tidak begitu tampak, bisa dilakukan penyinaran dengan sinar ultraviolet atau UV karena dengan menggunakan sinar UV noda hasil dari kromatografi bisa tampak.
BalasHapusSaya agustri manda sari (a1c117035) akan mencoba menjawab pertanyaan momor 2 yaitu dapat berpengaruh terhadap fasa gerak dari pelarut yang digunakan. Apabila silika atau fasa diam tifak memadat maka akan menghambat distributor pelarut. Atau mempengaruhi hasil dari tiap tetesannya (laju alir).
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaann nomor 3. Penambahan heksana pada kolom bertujuan untuk membersihkan kolom dari zat-zat pengotor yang dapat mengganggu jalan nya proses kromatografi pada kolom dan juga untuk mensterilkan kolom selain itu jugaa untuk menghilangkan kapas2 yg menempel pada dinding kolom (sheila sagita, 09)
BalasHapus