Rabu, 24 April 2019


PERCOBAAN 9

I.         Judul                : Keisomeran geometri ” pengubahan asam nukleat menjadi fumarat”
II.      Hari, tanggal    : jumat, 26 april 2019
III.   Tujuan             : 1. Dapat memahami azas dasar keisomeran ruang, khususnya isomer                                                    geometri
                                      2. Dapat memahami perbedaan konfigurasi cis dan trans secara kimia dan                                           fisika

IV.   Landasan Teori
Setiap senyawa kimia pasti memiliki rumus molekul dan juga rumus struktur. Rumus molekul adalah rumus umum yang dimiliki oleh senyawa kimia. Sedangkan rumus struktur adalah rumus yang dimiliki suatu senyawa yang membedakannya dengan senyawa organic yang lainnya. Pada molekul yang memiliki rumus molekul yang sama berarti dua molekul tersebut berisomer. Isomer sendiri adalah rumus molekul yang sama dari molekul yang berbeda, tetapi memiliki pengaturan yang berbeda dari atom dalam ruang yang menyesuaikan setiap pengaturan yang berbeda yang hanya karena molekul berputar secara keseluruhan ataupun berputar secara tentang obligasi tertentu ( Heribudi, 2016).
Pengertian dari isomer dalam ilmu kimia adalah beberapa molekul yang memiliki rumus kimia yang sama, namun memiliki susunan atom yang berbeda. Kebanyakan isomer memiliki sifat kimia yang mirip antara yang satu dengan yang lainnya, atau bisa disebut dengan istilah isomer nuklir, yaitu inti atom yang memiliki tingkat eksitasi yang berbeda. Contoh isomer yang cukup sederhana adalah C7H8O yang memiliki 3 isomer yaitu 2 buah molekul alcohol ( 1 propanol dan 2 propanol ) dan satu lagi molekul eter (metal eter). Atom oksigen pada 1 propanol terikat pada karbon yang ujung, dan pada molekul 2 propanol oksigennya terikat pada karbon kedua. Sedangkan pada molekul ketiga atau pada metal eter atom oksigennya terikat pada dua atom karbon bukan satu karbon dan satu hydrogen seperti halnya alcohol (Naufal, 2017 ).
Isomer ada banyak jenisnya, salah satu isomer yang disebabkan oleh perbedaan letak atau gugus di dalam ruang disebut isomer geometri. Isomer ini sering disebut dengan isomer cis dan trans. Pada senyawa kompleks dengan struktur linear, trigonal, planar segiempat dan octahedral tidak ada isomer. Kompleks kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks yang labil sering bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil. Hal inilah yang menyebabkan kompleks yang mempunyai isomer hanya kompleks yang bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert ( Wilbraham, 2002).
Senyawa organik memiliki satu atau lebih gugus fungsi yang terikat pada atom karbon berikatan tunggal atau ikatan rangkap. Pada senyawa organic rantai siklik juga dapat ditemukan isomer geometri seperti pada cincin karbon sikloalkana terbentuk bidang pseudo. Untuk pembuatan asam fumarat dibutuhkan asam maleat yang memiliki dua gugus karboksilat dimana isomer geometri pada senyawa ini dapat berubah orientasinya dengan orientasi tertentu. Ini disebut dengan isomerisasi. Dimana isomerisasi ini dapat dipercepat dengan bantuan katalis asam mineral seperti asam sulfat asam klorida denga panas yang cukup (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/20/keisomeran-geometri-transformasi-asam-maleat-menjadi-asam-fumarat/ ).
 Perbedaan geometri mudah ditunjukkan secara kimia apabila dua gugus yang reaktif adalah cis dan trans terhadap yang lainnya seperti pada asam maleat dan asam fumarat.


Jika ikatan rangkap C=C diubah sementara waktu menjadi ikatan tunggal C C disinalah terjadi perubahan isomer geometri. Perputaran dapat berlangsung dengan bebas dengan melalui ikatan tunggal inilah. Cis dan trans walaupun tidak selalu berisomer tetapi trans lebih stabil dan lebih banyak juga bagiannya dalam kesetimbangan daripada cis (tim kimia organic, 2019).


V. Alat dan Bahan

5.1 Alat 

1.      Erlenmeyer
2.      Pembakar Bunsen
3.      Corong Buchner
4.      Labu Bulat
5.      Alat Penentu Titik Didih
6.      Kondensor refluks

6.2    Bahan

1.      Kertas Saring
2.      Anhidrida Maleat
3.      HCl pekat

VI. Prosedur Kerja

1.      Dididihkan 20 ml air suling di dalam erlenmeyer
2.      Ditambahkan 15 gr anhidrida maleat sampai larutan menjadi jernih
3.      Didinginkan labu dibawah pancaran air kran sampai sejumlah maksimum asam maleat mengkristal dari larutan
4.      Dikumpulkan asam maleat diatas corong buchner
5.      Dikeringkan dan ditentukan titik lelehnya
6.      Dipindahkan filtrat yang mengandung banyak maleat kedalam labu bundar
7.      Ditambahkan 15 ml HCl pekat
8.      Direfluks perlahanlahan selama 10 menit samapi kristal asam fumarat mengendap dari larutan
9.      Di dinginkan pada suhu kamar
10.  Dikumpulkan asam fumarat dalam corong buchner
11.  Direkristalisasi dalam air
12.  Ditentukan titik lelehnya dengan menggunakan melting blok logam

  

Pertanyaan berdasarkan video:
1.      Apa guna pemanasan asam maleat pada refluk ?
2.      Apa yang dilakukan untuk mencegah terjadinya benturan antar partikel senyawa ketika mendidih?
3.      Jika terjadi banyak percikan pada larutan yang mendidih ketika di refluk, apa yang harus dilakukan?


Senin, 15 April 2019


PERCOBAAN 8

I.              Judul             : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II.           Hari, tanggal : Kamis, 18 April 2019
III.        Tujuan      : 1. Dapat memahami teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom
                             2. Dapat terampil membuat plat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi
                   3. Dapat memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi
                      lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom
                   4. Dapat memisahkan pimen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom.

IV.        Landasan Teori

Suatu metode pemisahan yang didasarkan atas distribusi diferensial komponen sampel diantara dua fasa adalah metode pemisahan kromatografi. Kromatografi berasal dari bahasa latin “Chroma” yang berarti warna dan “grafhien” adalah menulis. Seorang ahli botanica dari Rusia lah yang menemukan istlah kromatografi ini pada tahun 1930, nama seorang ahli ini adalah ”Michael Tswest”. Pada percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan menggunakan petroleum eter sebagai pelarutnya. Hasil dari percobaan ini ialah berupa pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom. Berdasarkan pita berwarna inilah istilah kromatografi itu muncul ( Alimin, 2007).
Didalam kromatografi ini terdapat komponen yang terditribusi dalam dua fase. Fase yang dimaksud adalah fase diam dan fase gerak. Fase diam (stationary fhase) dan fase gerak (mobil fhase). Fase diam ini dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan, sedangkan fase gerak dapat berupa cairan atau gas yang biasa disebut eluen atau pelarut. Kromatografi dapat dibedakan atas dasar kombinasi antar fasa diam dan fase bergerak, seperti kombinasi cair gas; cair cair; padat gas. Teknik kromatorafi ini sendiri telah banyak jenisnya yang dikenal antara lain adalah kromatografi lapir tipis (TLC), kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi kolom, kromatografi ekselusif dan lainnya. Kromatografi ini selin bertujuan untuk proses pemisahan juga dapat digunakan untuk mgidentifikasi suatu zat (Syukri, 1999). 
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan atas distribusi difernsial komponen sampel diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Sebelum jauh membahas mengenai kromatografi ada beberapa istilah yang menyangkut kromatografi antara lain fasa gerak, fasa diam, eluen, elute, elusi dan analit. Fasa gerak ini adalah zat yang digunakan sebagai pelarut untuk memisahkan komponen dalam campuran fase gerak ini mengalir didalam kolom. Fase diam adalah media atau zat padat yang dilalui oleh fasa gerak (pelarut) berupa silica gel, selulosa atau yang lainnya sesuai dengan jenis kromatografinya. Selanjutnya ada eluen, eluen adalah campuran pelarut yang dialirkan kedalam alat kromatografi baik kolom ataupun kertas tergantung jenis kromatografinya, eluen ini adalah bagian pembawa fasa gerak. Eluat adalah zat yang keluar dari kolom baik analit maupun solute. Selanjutnya ada elusi, elusi adalah proses pemisahan komponen dalam kolom. Dan yang terakhir ada analit, analit adalah komponen atau zat yang keluar dari hasil kromatografi hasil dari pemisahan. Kromatografi ini sendiri memiliki beberapa jenis diantaranya kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas, kromatografi gas, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas, semua jenis kromatografi ini menggunakan prinsip dasar yang sama (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/ ).
Jika senyawa yang akan dipisahkan masih dalam bentuk ekstrak dapat menggunakan kromatografi kolom. Kromatografi kolom ini merupakan teknik yang penting untuk pemisahan skala preparative, dapat dari beberapa milligram saja hingga sampai puluhan gram.  Pemisahan dilakukan menggunakan kolom kaca dan bahan penjerap. Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan di timbunan penjerap dan eluennya dialirkan terus. Zat yang trpisah akan membentuk pita yang perlahan akan menuruni kolom dan akhirnya ditampung dalam sejumlah tabung. Fraksi yang mengandung zat yang sama dapat digabungkan, lalu pelaruutnya dihilangkan, dan didpatlah zat dalam keadaan murni. Menggunakan metode ini lebih murah dan tidak begitu memakan waktu yang lama. Hasil dari pemisahan dengan metode ini adalah bisa berupa senyawa yang telah murni. Terkadang hanya menggunakan metode kolom ini sudah dicapai target pemisahan yang diharapkan. Tetapi dengan jenis kromatografi kolom ini campuran yang akan dipisahkan tidak diperkenankan dalam jumlah yang sedikit karena campuran tersebut diperkirakan dapat tertinggal pada fase diam. Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula ( Tim Kimia Organik, 2019).
 Kromatografi lapis tipis ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schaiber. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang ase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatografi KLT ini digunakan untuk mencari fasa gerak yang terbaik yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Fase gerak yang dapat digunakan adalah n heksana, kloroform, etil asetat dan n butanol. Pada cara melakukannya kromatografi lapis tipis hampir sama dengan kromatografi kertas. Perbedaan nyata terlihat pada media pemisahannya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastic sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adssorben ini bertindak sebagai fase diam ( Handa, 2009). 

V.                Alat dan Bahan
5.1  alat
1.      plat TLC
2.      gelas piala 1L  
3.      pipa kapiler
4.      bejana pengembang
5.      alat kromatografi kolom
6.      gelas woll
5.2  bahan
1.      etanol
2.      methanol
3.      kloroform
4.      etil asetat
5.      n heksan
6.      aseton
7.      akuades

VI.             Prosedur Kerja

A. Kromatografi Lapis Tipis

- Siapkan Plat TLC
- Dibuat larutan pengembang dalam gelas piala 1L  dengan komposisi Etanol : Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 : 140 : 152 ) ml
- Dibuat 10 larutan sampel daari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol
- Masing- masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan ) diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
-Keringkan noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup)
- Masukkan pelat ke dalam bejana pengembang
- Biarkan proses ini berlangsung sampai garis dmencapai 1 cm dari tepi atas pelat
- Angkat pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengann serium sulfat
- Hitung dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.

B. Kromatografi Kolom

- Siapkan 10 ekstrak daun
- Siapkan kolom kromatografi
- Sumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
- Dimasukkan silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
- Larutan tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
- Dimasukkan sampel yang akan di kromatografi
- Pelarut harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
- Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dipisahkan berdasarkan warnanya.


Link video :

pertanyaan :
1.      Bagaimana cara menjenuhkan eluen ?
2.      Apa guna hasil dari kromatografi ini dimasukkan kedalam sinar UV ?
3.      Apa guna penambahan kapas pada dasar kolom pada kromatografi kolom?

Rabu, 10 April 2019


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I

 PERCOBAAN VII
(SINTESIS ASETON)



DISUSUN OLEH:
ARNIA HAIZA ANNISA
(A1C117049)



DOSEN PENGAMPU
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd.





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

2019


VII. Data Pengamatan
7.1. Pembuatan Aseton dengan Oksida KMNO4
NO
Perlakuan
Pengamatan
1.
Dirangkai alat sokletasi

2.
12 ml propanol + H2SO4
Larutan menjadi panas dan suhunya 500C
3
Dimasukan dalam labu dasar bulat larutan tersebut + 16 gr KMNO4
Larutan mendidih dan terjadi perubahan warna dari ungu menjadi coklat pekat atau betadin
4
Dimasukan batu didih dan dilakukan desrtilasi
Terjadi penetasan pertama pada tabung Erlenmeyer pada suhu 780C pada menit ke 3 menit dan tetesan terakhir pada suhu 76 0C pada 6 menit 56 detik
5
Diukur volume aseton yang ditimbang
Sebayak 40 tetesatau 2 ml
6
Diuji sama atau tidak bau yang dihasilkan dengan etanol
Bau sama dengan etanol yaitu seperti bau balon

7.2. Pembuatan Aseton dengan Oksida K2Cr2O7
NO
Perlakuan
Pengamatan
1
Dirangkai alat destilasi

2
50 ml air + 27,5 ml H2SO4 + 29,5 isopropil alcohol dan dipanaskan
Warna bening dan menimbulkan panas. Dipanaskan sampai mendidih
3
10 gr K2Cr2O7 + 100 ml air dimasukan kedalam corong pisah
Kristal larut dan berwarna orange
4
Ditambahkan campuran K2Cr2O7 dengan air kedalam campuran air + H2SO4 + isopropil alcohol
Warna menjadi hijau toska semakin banyak penambahan warna menjadi hijau pekat
5
Dilakukan destilasi pada suhu 750C
Suhu 83 0C tepat menetes pada waktu 7 menit 44 detik dan tetesan terakhir pada suhu 83 0C menit ke 8 menit 16 detik

VIII. Pembahasan
Aseton adalah senyawa organik yang berbentuk cairan dan tidak nerwarna. Aseton bisa ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, dan juga hasil penguraian metabolisme lemak pada hewan. Aseton terdapat dalam tubuh manusia tetapi dalam jumlah yang sedikit,  tetapi pada penderita diabetes aseton dapat ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak. Aseton ini sangat banyak kegunaannya dalam kehidupan sehari hari, seperti untuk pembersih kutek, pembersih keyboard laptop dan juga untuk membersihkan papan tulis putih yang kotor akibat tinta spidol, selain itu juga digunakan sebagai pelarut. Aseton dapat diproduksi dengan beberapa cara yaitu, distilasi kering kalsium asetat, Oksidasi alkohol sekunder dalam suasana asam dengan oksidator kalium kromat
Pada praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan pembuatan aseton dengan bahan utama yang kami gunakan adalah 2 propanol dan kami melakukan dua kali percobaan yaitu dengan menggunakan kalium permanganate dan kalium dikromat.
8.1 Kalium Permanganat
Pada percobaan ini menggunakan destilasi, sehingga terlebih dahulu kami harus merangkai alat destilasi ini dan pastikan dengan benar bahwa tidak ada alat yang longgar ataupun bocor hal ini guna untuk kelancaran proses destilasi dan juga supaya mendapatkan hasil destilasi yang baik. Kemudian setelah alat destilasi ini dirangkai, kami akan membuat larutannya yaitu dengan cara kedalam gelas kimia dimasukkan aquades sebanyak 85 ml kemudian ditambahkan larutan 2 propanol sebanyak 26 ml, larutan propanol ini larut didalam air, selanjutnya ditambahkan lagi dengan H2SO4 pekat sebanyak 12 ml setelah di tambahkan asam sulfat pekat ini larutan menjadi panas hal ini dikarenakan suhu dari larutan ini menjadi naik suhu nya sekitaran 50oC. Selanjutnya larutan yang telah dicampurkan tadi dipindahkan ke dalam labu alas bulat, didalam labu alas bulat ini sudah terdapat beberapa batu didih guna untuk mencegah terjadinya golakan ketika larutan mendidih. Selanjutnya larutan tadi ditambahkan Kristal Kalium permanganate sebanyak 16 gr. Setelah ditambahkan kalium permanganate ini larutan seperti menggelegak dan warnanya berubah dari warna ungu berubah menjadi warna coklat pekat sedikit kemerahan. Kemudian larutan ini didiamkan hingga suhunya sedikit menurun atau tidak terlalu menggelegak lagi. Setelah itu barulah labu las bulat yang berisi larutan ini tadi di letakkan diatas mantel pemanas dan dikaitkan dengan alat destilasi lainnya. Setelah semuanya sudah terangkai dengan rapi air pun sudah mengalir, ditunggulah larutan tadi menguap dan selanjutnya menetes pada labu destilat. Larutan ini tadi menetes pertama kali pada suhu 78oC dan pada waktu 3 menit dan tetesan terakhir atau tetesan ke 40 nya pada 6 menit 54 detik dan pada suhu 76oC. Untuk setiap tetesnya membutuhkan waktu yang cukup lama maksutnya jarak antara tetesan pertama ke tetesan kedua itu memerlukan waktu yang cukup lama. Larutan hasil destilasi ini di cium baunya dan ternyata baunya sama dengan bau aseton murni yang terdapat dilemari, selanjutnya kami juga mengujinya dengan cara digunakan untuk membersihkan papan tulis dan papan tulis tersebut cukup bersih walaupun tidak bersih sepenuhnya, hal ini dikarenakan aseton yang dihasilkan tidak begitu murni.

8.2 Kalium Dikromat
Pada percobaan dengan kalium dikromat ini sama saja dengan percobaan yang pertama tadi setelah dirangkai alat destilasi dan dipastikan tidak ada longgar ataupun kebocoran. Langkah selanjutnya adalah kedalam labu alas bulat dimasukkan aquades sebanyak 50 ml kemudian ditambahkan larutan 2 propanol sebanyak 29,2 ml warna dari campuran larutan ini adalah bening dan suhu larutan juga menjadi naik dan larutan terasa panas kemudian campuran ini didiamkan. Pada gelas kimia lain dilarutkan 10 gr K2Cr2O7 dengan 100 ml aquades. Warna dari larutan ini adalah oren. Selanjutnya kalium dikromat yang telah di larutkan ini dimasukkan kedalam corong pisah. Labu dasar bulat yang berisi larutan campuran tadi dipanaskan di penangas air hingga mendidih setelah larutannya mendidih diangkat dari  penangas air dan kemudian ditambahkan dengan kalium dikromat melalui corong pisah tadi dengan meneteskannya secara perlahan. Pada tetesan awal kalium dikromat larutan campuran tadi berubah warna menjadi hijau tosca dan lama kelamaan semakin tetesannya bertambah warna hijau toskanya berubah menjadi semakin pekat dan ketika larutan kalium dikromat didalam corong pisah sudah habis semua warnanya berubah menjadi hijau tua secara keseluruhan. Kemudian labu dasar bulat yang berisi larutan berwarna hijau tua ini di letakkan diatas mantel pemanas dan kemudian dikaitkan dengan alat destilasi lainnya dan dilakukan lah proses destilasi yaitu ketika mantel pemanas telah dihidupkan dan air mulai mengalir dan larutan berwarna hijau tua tadi mulai menguap dan selanjutnya menetes, tetesan inilah hasil destilatnya. Tetesan pertama diperoleh pada suhu 83oC dan pada 7 menit 44 detik, dan tetesan terakhirnya atau tetesan ke 40 diperoleh pada waktu 8 menit 16 detik dan pada suhu yang sama yaitu 83oC. Pada kalium dikromat ini jeda antar tetesnya tidak memerlukan waktu yang lama tetapi untuk mendapatkan tetesan pertamanya memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan pada percobaan yang menggunakan kalium permanganate. Bau yang dihasilkan dari destilat pada percobaan ini sama dengan bau aseton  murni yang berada di lemari. Ini berarti percobaan ini berhasil.
Nah dari dua percobaan diatas pada dasarnya sama sama bertujuan untuk menghasilkan aseton hanya saja pada percobaan pertama menggunakan oksidatornya kalium permanganate dan pada percobaan kedua menggunakan oksidator kalium dikromat. Dari dua percobaan diatas hasil destilatnya sama sama diperoleh larutan aseton dengan tingkat kemurnian tidak terlalu tinggi. Walaupun begitu dari kedua oksidator ini terdapat sedikit perbedaan saat dilakukan proses destilasi yang menggunakan oksidator kalium permanganate lebih cepat menghasilkan tetesan destilat dibandingkan dengan yang menggunakan oksidator kalium dikromat. Hal ini disebabkan karena kalium permanganate adalah suatu oksidator kuat sehingga ia dapat lebih cepat mengoksidasi alcohol yang berada pada larutan campuran tersebut sehingga pada proses destilasi hasil destilatnya lebih cepat menguap dan kemudian menetes pada labu destilat dibandingkan dengan yang menggunakan oksidator kalium dikromat. Pada percobaan ini juga kami melakukannya diluar ruangan, hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan dikarenakan ketika proses destilasi akan menghasilkan gas H2, dimana gas ini dikhawatirkan akan bereaksi dengan senyawa lainnya yang berada di dalam laboratorium dan akan mengakibatkan kebakaran atau bahaya lainnya.

IX. Pertanyaan Pasca
1.      Bagaiamana cara mengidentifikasi aseton yang dihasilkan dari proses di atas ?
2.      Mengapa pada saat penambahan asam sulfat larutan menjadi panas?
3.   Apa guna oksidator kalium dikromat di tempatkan di corong pisah ?

X. Kesimpulan
1.      Factor yang dapat mempengaruhi proses pembatan aseton adalah suhu, okssidator yang digunakan dalam mengoksidasi alcohol, banyaknya bahan yang digunakan, ketelitian para praktikan dan lain sebagainya.
2.      Aseton dapat di produksi dengan beberapa proses yaitu, proses cumene hidroperoksida, proses oksidasi propilen, proses oksidasi isopropyl alcohol dan proses dehidroenasi isopropyl alcohol.
3.      Penggunaan oksidator pada proses pembuatan aseton dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan aseton. Jika menggunakan oksidator kalium permanganate akan lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan oksidator kalium dikromat.

XI. Daftar Pustaka

Anthony, Wilbraham, C., dan Michael, B, Matta. (1992). Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung; penerbit ITB
Kirk and Othmer. 1994.  Encyclopedia Of Chemical Technoloy 3rd edition. New York: Wiley
Tim kimia organik I . 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas                               Jambi
Ullman, 2007. Encyclopedia of Industrial Chemistry, Sixth Edition.  Germany : Wilev-VCH.
Wade, L, G. 2006.  Organic Chemistry Sixth edition. Jersey : Pearson

XII. Lampiran




proses pemasangan alat destilasi


proses destilasi berlangsung


aseton hasil dari destilasi


oksidator kalium dikromat


proses pencampuran kalium permanganat pada larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I  PERCOBAAN IX (Pengubahan Asam maleat menjadi Asam Fumarat ) DISUSUN OLEH: ARNIA HAIZ...